jump to navigation

Falsafah Jawa, Kejawen dan Islam 17 June, 2006

Posted by netlog in Islam dan Kejawen.
trackback

JAWA dan kejawen seolah tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Kejawen bisa jadi merupakan suatu sampul atau kulit luar dari beberapa ajaran yang berkembang di Tanah Jawa, semasa zaman Hinduisme dan Budhisme. Dalam perkembangannya, penyebaran islam di Jawa juga dibungkus oleh ajaran-ajaran terdahulu, bahkan terkadang melibatkan aspek kejawen sebagai jalur penyeranta yang baik bagi penyebarannya. Walisongo memiliki andil besar dalam penyebaran islam di Tanah Jawa. Unsur-unsur dalam islam berusaha ditanamkan dalam budaya-budaya jawa semacam pertunjukan wayang kulit, dendangan lagu-lagu jawa , ular-ular ( putuah yang berupa filsafat), cerita-cerita kuno, hingga upacara-upacara tradisi yang dikembangkan,khususnya di Kerjaan Mataram (Yogya/Solo).

Dalam pertunjukan wayang kulit yang paling dikenal adalah cerita tentang Serat Kalimasada (lembaran yang berisi mantera/sesuatu yang sakral) yang cukup ampuh dalam melawan segala keangkaramurkaan dimuka bumi. Dalam cerita itu dikisahkan bahwa si pembawa serat ini akan menjadi sakti mandraguna. Tidak ada yang tahu apa isi serat ini. Namun diakhir cerita, rahasia dari serat inipun dibeberkan oleh dalang. Isi serat Kalimasada berbunyi "Aku bersaksi tiada Tuhan Selain Allah dan Aku bersaksi Muhammad adalah utusan-Nya" ,isi ini tak lain adalah isi dari Kalimat Syahadat.

Dalam pertunjukan wayangpun sang wali selalu mengadakan di halaman masjid, yang disekelilingnya di beri parit melingkar berair jernih. Guna parit ini tak lain adalah untuk melatih para penonton wayang untuk wisuh atau mencuci kaki mereka sebelum masuk masjid. Simbolisasi dari wudu yang disampaikan secara baik.

Dalam perkembangan selanjutnya, sang wali juga menyebarkan lagu-lagu yang bernuansa simbolisasi yang kuat. Yang terkenal karangan dari Sunan Kalijaga adalah lagu Ilir-Ilir. Memang tidak semua syair menyimbolkan suatu ajaran islam, mengingat diperlukannya suatu keindahan dalam mengarang suatu lagu. Sebagian arti yang kini banyak digali dari lagu ini di antaranya :

Tak ijo royo-royo tak senggoh penganten anyar : Ini adalah sebuah diskripsi mengenai para pemuda, yang dilanjutkan dengan,

Cah angon,cah angon, penekna blimbing kuwi, lunyu-lunyu penekna kanggo seba mengko sore : Cah angon adalah simbolisasi dari manusia sebagai Khalifah Fil Ardh, atau pemelihara alam bumi ini (angon bhumi). Penekno blimbing kuwi ,mengibaratkan buah belimbing yang memiliki lima segi membentuk bintang. Kelima segi itu adalah pengerjaan rukun islam (yang lima) dan Salat lima waktu. Sedang lunyu-lunyu penekno , berarti, tidak mudah untuk dapat mengerjakan keduanya (Rukun islam dan salat lima waktu) ,dan memang jalan menuju ke surga tidak mudah dan mulus. Kanggo sebo mengko sore, untuk bekal di hari esok (kehidupan setelah mati).

Mumpung padhang rembulane, mumpung jembar kalangane : Selagi masih banyak waktu selagi muda, dan ketika tenaga masih kuat, maka lakukanlah (untuk beribadah).

Memang masih banyak translasi dari lagu ini, namun substansinya sama, yaitu membumikan agama,menyosialisasikan ibadah dengan tidak lupa tetap menyenangkan kepada pengikutnya yang baru.

Dalam lagu-lagu Jawa, ada gendhing bernama Mijil, Sinom, Maskumambang, kinanthi, asmaradhana,hingga megatruh dan pucung. Ternyata kesemuanya merupakan perjalanan hidup seorang manusia. Ambillah Mijil,yang berarti keluar, dapat diartikan sebagai lahirnya seorang jabang bayi dari rahim ibu. Sinom dapat di artikan sebagai seorang anak muda yang bersemangat untuk belajar. Maskumambang berarti seorang pria dewasa yang cukup umur untuk menikah, sedangkan untuk putrinya dengan gendhingKinanthi. Proses berikutnya adalah pernikahan atau katresnan antar keduanya disimbolkan dengan Asmaradhana. Hingga akhirnya Megatruh, atau dapat dipisah Megat-Ruh.Megat berarti bercerai atau terpisah sedangkan ruh adalah Roh atau jiwa seseorang. Ini proses sakaratul maut seorang manusia. Sebagai umat beragama islam tentu dalam prosesi penguburannya ,badan jenazah harus dikafani dengan kain putih, mungkin inilah yang disimbolkan dengan pucung (atau Pocong).

Kesemua jenis gendhing ditata apik dengan syai-syair yang beragam, sehingga mudah dan selalu pas untuk didendangkan pada masanya.

Ada banyaknya filsafat Jawa yang berusaha diterjemahkan oleh para wali, menunjukkan bahwa walisongo dalam mengajarkan agama selalu dilandasi oleh budaya yang kental. Hal ini sangat dimungkinkan, karena masyarakat Jawa yang menganut budaya tinggi, akan sukar untuk meninggalkan budaya lamanya ke ajaran baru walaupun ajaran tesebut sebenarnya mengajarkan sesuatu yang lebih baik,seperti ajaran agama islam . Sistem politik Aja Nabrak Tembok (tidak menentang arus) diterapkan oleh para dunan..

Dalam budaya jawa sebenarnya sangat sarat dengan filsafat hidup (ular-ular). Ada yang disebut Hasta Brata yang merupakan teori kepemimpinan, berisi mengenai hal-hal yang disimbolisasikan dengan benda atau kondisi alam seperti Surya, Candra, Kartika, Angkasa, Maruta,Samudra,Dahana dan Bhumi.

1. Surya (Matahari) memancarkan sinar terang sebagai sumber kehidupan. Pemimpin hendaknya mampu menumbuhkembangkan daya hidup rakyatnya untuk membangun bangsa dan negaranya.

2. Candra (Bulan) , yang memancarkan sinar ditengah kegelapan malam. Seorang pemimpin hendaknya mampu memberi semangat kepada rakyatnya ditengah suasana suka ataupun duka.

3. Kartika (Bintang), memancarkan sinar kemilauan, berada ditempat tinggi hingga dapat dijadikan pedoman arah, sehingga seorang pemimpin hendaknya menjadi teladan bagi untuk berbuat kebaikan

4. Angkasa (Langit), luas tak terbatas, hingga mampu menampung apa saja yang datang padanya.Prinsip seorang pemimpin hendaknya mempunyai ketulusan batin dan kemampuan mengendalikan diri dalam menampungpendapat rakyatnya yang bermacam-macam.

5. Maruta (Angin), selalu ada dimana-mana tanpa membedakan tempat serta selalu mengisi semua ruang yang kosong. Seorang pemimpin hendaknya selalu dekat dengan rakyat, tanpa membedakan derajat da martabatnya.

6. Samudra (Laut/air), betapapun luasnya, permukaannya selalu datar dan bersifat sejuk menyegarkan. Pemimpin hendaknya bersifat kasih sayang terhadap rakyatnya.

7. Dahana (Api), mempunyai kemampuan membakar semua yang bersentuhan dengannya. Seorang pemimpin hendaknya berwibawa dan berani menegakkan kebenaran secara tegas tanpa pandang bulu.

8. Bhumi (bumi/tanah), bersifat kuat dan murah hati. Selalu memberi hasil kepada yang merawatnya. Pemimpin hendaknya bermurah hati (melayani) pada rakyatnya untuk tidak mengecewakan kepercayaan rakyatnya.

Dalam teori kepemimpinan yang lain ada beberapa filsafat lagi yang banyak dipakai , agar setiap pemimpin (Khususnya dari Jawa) memiliki sikap yang tenang dan wibawa agar masyarakatnya dapat hidup tenang dalam menjalankan aktifitasnya seperti falsafah : Aja gumunan, aja kagetan lan aja dumeh. Maksudnya, sebagai pemimpin janganlah terlalu terheran-heran (gumun) terhadap sesuatu yang baru (walau sebenarnya amat sangat heran), tidak menunjukkan sikap kaget jika ada hal-hal diluar dugaan dan tidak boleh sombong (dumeh) dan aji mumpung sewaktu menjadi seorang pemimpin.Intinya falsafah ini mengajarkan tentang menjaga sikap dan emosi bagi semua orang terutama seorang pemimpin.

Falsafah sebagai seorang anak buahpun juga ada dalam ajaran Jawa, ini terbentuk agar seorang bawahan dapat kooperatif dengan pimpinan dan tidak mengandalakan egoisme kepribadian, terlebih untuk mempermalukan atasan, seperti digambarkan dengan, Kena cepet ning aja ndhisiki, kena pinter ning aja ngguroni,kena takon ning aja ngrusuhi. Maksudnya, boleh cepat tapi jangan mendahului (sang pimpinan) , boleh pintar tapi jangan menggurui (pimpinan), boleh bertanya tapi jangan menyudutkan pimpinan. Intinya seorang anak buah jangan bertindak yang memalukan pimpinan, walau dia mungkin lebih mampu dari sang pimpinan. Sama sekali falsafah ini tidak untuk menghambat karir seseorang dalam bekerja, tapi, inilah kode etik atau norma yang harus di pahami oleh tiap anak buah atau seorang warga negara, demi menjaga citra pimpinan yang berarti citra perusahaan dan bangsa pada umumnya. Penyampaian pendapat tidak harus dengan memalukan,menggurui dan mendemonstrasi (ngrusuhi) pimpinan, namun pasti ada cara diluar itu yang lebih baik. Toh jika kita baik ,tanpa harus mendemonstrasikan secara vulgar kebaikan kita, orang pun akan menilai baik.

Dalam kehidupan umum pun ada falsafah yang menjelaskan tentang The Right Man on the Right Place (Orang yang baik adalah orang yang mengerti tempatnya). Di falsafah jawa istilah itu diucapakan dengan Ajining diri saka pucuke Lathi, Ajining raga saka busana. Artinya harga diri seseorang tergantung dari ucapannya dan sebaiknya seseorang dapat menempatkan diri sesuai dengan busananya (situasinya). Sehingga tak heran jika seorang yang karena ucapan dan pandai menempatkan dirinya akan dihargai oleh orang lain. Tidak mengintervensi dan memasuki dunia yang bukan dunianya ini ,sebenarnya mengajarkan suatu sikap yang dinamakan profesionalisme, yang mungkin agak jarang dapat kita jumpai (lagi). Sebagai contoh tidak ada bedanya seorang mahasiswa yang pergi ke kampus dengan yang pergi ke mal , dan itu baru dilihat dari segi busana/bajunya , yang tentu saja baju akan sangat mempengaruhi tingkah laku dan psikologi seseorang.

Masih banyak filsafat Jawa yang mungkin, tidak dapat diuraikan satu persatu, terlebih keinginan saya bukan untuk banyak membahas hal ini, mengingat ini bukan bidang saya, namun kami hanya ingin memberikan suatu wacana umum kepada pembaca, bahwa, banyak sekali ilmu yang dapat kita gali dari budaya (Jawa) kita saja, sebelum kita menggali budaya luar terlebih hanya meniru (budaya luar)-nya saja.

Comments»

1. pejalan - 6 June, 2007

penjelasan yang memutar mutar dan tidak mengenahi sasaran. kejawen ini adalah laku manusia menjadi jawo dan filsafat jawa itu bisa teruntai indah setelah manusia itu menjalani laku jawo. baru ular ular atau arti lain tutur tinular buat anak cucu. serat jawa islam di atas adalah ungkapan aspirasi dari pujangga Ronggowarsitu menerjamakan laku manusia terhadap diri,alam,dan sang pencipta yang terpengaruh keadaan pada saat itu.

SUARA - 26 April, 2014

GUYUB RUKUN AGAWE SANTOSA
SANTUN BERBAHASA
MENJAGA MEMELIHARA ALAM LINGKUNGANNYA
HORMAT PADA SEJARAH,
SENI TRADISI BUDAYA
NEGERI INDONESIA SENDIRI

Marilah bersatu untuk kejayaan negeri kita. Indonesia.

2. Aku malu menjadi moeslim - 1 November, 2007

Kenapa ulah orang moeslim begini? Bacalah artikel ini:
http://ob.or.id/modules.php?name=News&file=article&sid=221

Terima kasih

maleek - 25 July, 2012

Kenapa harus malu

3. MENGAPA KEBUDAYAAN JAWA MENGALAMI KEMUNDURAN YANG SIGNIFIKAN? - 6 November, 2007

Artikel ini sangat menarik tentang Kebudayaan Jawa. Ini situsnya:
http://bangsacerdas21.blogspot.com/2006/03/mengapa-kebudayaan-jawa-mengalami.html

MENGAPA KEBUDAYAAN JAWA MENGALAMI KEMUNDURAN YANG SIGNIFIKAN?
I. Pengantar
Manusia Jawa adalah mayoritas di Indonesia. Nasib bangsa Indonesia sangat tergantung kepada kemampuan penalaran, skill, dan manajemen manusia Jawa (MJ). Sayang sekali s/d saat ini, MJ mengalami krisis kebudayaan; hal ini disebabkan Kebudayaan Jawa (KJ) dibiarkan merana, tidak terawat, dan tidak dikembangkan oleh pihak2 yang berkompeten (TERUTAMA OLEH POLITISI). Bahkan KJ terkesan dibiarkan mati merana digerilya oleh kebudayaan asing (terutama dari timur tengah/Arab).
Kemunduran kebudayaan Jawa tidak lepas dari dosa regim Orde Baru. Visi jauh kedepan Bung Karno sungguh hebat dan benar! India dan RRC sahabat dekat Indonesia saat itu, sekarang telah menjadi negara yang perkasa, terhormat dan mandiri, dengan tetap mempunyai kebudayaan sendiri yang tinggi; dulu bersama Indonesia, ketiganya adalah ujung tombak negara non blok. Ditahun 1965, melalui Soeharto/regim militer, Indonesia dijadikan lapangan pertempuran antara USA dkk vs. Rusia dkk., yang menang USA (kapitalis). Semenjak itu Indonesia menjadi negara boneka USA. Usaha regim Soeharto untuk melepaskan diri dari tuannya (USA dkk.) ditahun 1994, melalui politisasi agama Islam dengan merangkul negara2 Timur Tengah, ternyata dapat digagalkan. Dengan demikian, Indonesia seolah-olah ingin dilepaskan dari mulut harimau namun gagal (USA dkk.), kemudian terlanjur dimasukan mulut buaya (Arab/Timur Tengah). Regim Soeharto hingga kini memang selamat-sehat walafiat; namun dengan hasil sampingan: Indonesia masuk sekaligus dua mulut: harimau dan buaya! Indonesia saat ini (2005) adalah kembali menjadi ajang pertempuran antara: Barat lawan Timur Tengah, antara kaum sekuler dan kaum Islam, antara modernitas dan kekolotan agama. Dengan demikian, semenjak 1965 s/d detik ini (2005), bangsa Indonesia boleh dikata belum merdeka sepenuhnya! Indonesia yang kaya sumber alam, strategis posisi geopolitiknya, dan merupakan pasar yang besar bagi industri asing (karena jumlah penduduk > 200 juta) memang menarik untuk selalu diperebutkan, pumpung masyarakatnya masih terbelakang (gampang dibodohi)! Jadi, semenjak 1965, Indonesia sebenarnya tidak pernah merdeka dan mandiri lagi.

Manusia Jawa boleh dikata terus mengalami penjajahan, misalnya penjajahan oleh:
– Bs. Belanda selama 300 tahunan
– Bs. Jepang selama hampir 3 tahunan
– Regim Soeharto/ORBA selama hampir 32 tahun (Londo Ireng).
– Negara Adidaya selama ORBA s/d saat ini.
– Sekarang dan dimasa dekat, bila tidak hati2, diramalkan bahwa Indonesia akan menjadi negara boneka Timur Tengah/Arab Saudi (melalui kendaraan utama politisasi agama).

Politisasi agama mengakibatkan percepatan krisis kebudayaan Jawa, seperti analisa dibawah ini.
II. GERILYA KEBUDAYAAN ASING LEWAT AGAMA
Akibat strategi “save exit” Regim Orba (harap baca artikel lain), negara Timur Tengah seperti mendapat angin! Indonesia lalu bagaikan diterpa badai gurun Sahara yang panas! Pemanfaatan agama (politisasi agama) oleh negara asing (negara2 Arab) untuk mendominasi kebudayaan setempat (Indonesia) mendapatkan angin bagus, sehingga menjadi begitu kuat dan begitu vulgarnya. Gerilya kebudayaan asing lewat politisasi agama begitu gencarnya, terutama lewat media televisi dan radio. Gerilya kebudayaan ini secara halus-nylamur-tak kentara, cobalah anda cermati hal beikut ini diacara televisi:
– Hal-hal yang berbau mistik, dukun, santet dan yang negatip sering dikonotasikan dengan manusia yang mengenakan pakaian adat Jawa seperti surjan, batik, blangkon kebaya dan keris; kemudian hal-hal yang berkenaan dengan kebaikan dan kesucian dihubungkan dengan pakaian keagamaan dari Timur Tengah/Arab.
– Artis2 film dan sinetron digarap duluan mengingat mereka adalah banyak menjadi idola masyarakat muda (yang nalarnya kurang jalan). Para artis, yang blo’oon politik ini, bagaikan di masukan ke salon rias Timur Tengah/Arab, untuk kemudian ditampilkan di layar televisi, koran, dan majalah demi membentuk mind set (seting pikiran) yang berkiblat ke Arab.
– Bahasa Jawa beserta ungkapannya yang sangat luas, luhur, dalam, dan fleksibel juga digerilya. Dimulai dengan salam pertemuan yang memakai assalam…dan wassalam…. Dulu kita bangga dengan ungkapan: Tut wuri handayani, menang tanpo ngasorake, gotong royong, dsb.; sekarang kita dibiasakan oleh para gerilyawan kebudayaan dengan istilah2 asing dari Arab, misalnya: amal maruh nahi mungkar, saleh dan soleha, dst. Untuk memperkuat gerilya, dikonotasikan bahwa bhs. Arab itu membuat manusia dekat dengan surga! Sungguh cerdik dan licik.
– Kebaya, modolan dan surjan diganti dengan jilbab, celana congkrang, dan jenggot ala orang Arab. Nama2 Jawa dengan Ki dan Nyi (misal Ki Hajar …) mulai dihilangkan, nama ke Arab2an dipopulerkan. Dalam wayang kulit, juga dilakukan gerilya kebudayaan: senjata pamungkas raja Pandawa yaitu Puntadewa menjadi disebut Kalimat Syahadat (jimat Kalimo Sodo), padahal wayang kulit berasal dari agama Hindu, bukan Islam; bukankah ini sangat memalukan? Gending2 Jawa yang indah, gending2 dolanan anak2 yang bagus semisal: jamuran, cublak2 suweng, soyang2, dst., sedikit demi sedikit digerilya dan digeser dengan musik qasidahan dari Arab. Dibeberapa tempat (Padang, Aceh, Jawa Barat) usaha menetapkan hukum syariah Islam terus digulirkan, dimulai dengan kewajiban berjilbab! Kemudian, mereka lebih dalam lagi mulai mengusik ke bhinekaan Indonesia, dengan berbagai larangan dan usikan bangunan2 ibadah dan sekolah non Islam.
– Gerilya lewat pendidikan juga gencar, perguruan berbasis Taman Siswa yang nasionalis, pluralis dan menjujung tinggi kebudayaan Jawa secara lambat namun pasti juga digerilya, mereka ini digeser oleh madrasah2. Padahal Taman Siswa adalah asli produk perjuangan dan merupakan kebanggaan manusia Jawa. UU Sisdiknas juga merupakan gerilya yang luar biasa berhasilnya. Sekolah swasta berciri keagamaan non Islam dipaksa menyediakan guru beragama Islam, sehingga ciri mereka lenyap.
– Demikian pula dengan perbankan, mereka ingin eksklusif dengan bank syariah, dengan menghindari kata bunga/rente/riba; istilah ke Arab2an pun diada-adakan, nampak kurang logis!
– Keberhasilan perempuan dalam menduduki jabatan tinggi di pegawai negeri (eselon 1 s/d 3) dikonotasikan/dipotretkan dengan penampilan berjilbab dan naik mobil yang baik.
– Di hampir pelosok P. Jawa kita dapat menyaksikan bangunan2 masjid yang megah, dana pembangunan dari Arab luar biasa besarnya.
– Fatwa MUI pada bulan Agustus 2005 tentang larangan2 yang tidak berdasar nalar dan tidak menjaga keharmonisan masyarakat sungguh menyakitkan manusia Jawa yang suka damai dan harmoni. Bila ulama hanya menjadi sekedar alat politik, maka panglima agama adalah ulama politikus yang mementingkan uang, kekuasaan dan jabatan saja; efek keputusan tidak mereka hiraukan. Sejarah ORBA membuktikan bahwa MUI adalah alat regim ORBA yang sangat canggih. Saat ini, MUI boleh dikata telah menjadi alat negara asing (Arab) untuk menguasai Indonesia dan membunuh secara perlahan kebudayaan Jawa!
– Dimasa lalu, banyak orang cerdas mengatakan bahwa Wali Songo adalah bagaikan MUI sekarang ini, dakwah mereka penuh gerilya kebudayaan dan politik. Manusia Majapahit digerilya, sehingga terdesak ke Bromo (suku Tengger) dan pulau Bali. Mengingat negara baru memerangi KKN, mestinya fatwa MUI adalah tentang KKN (yang relevan), misal pejabat tinggi negara yang PNS yang mempunyai tabungan diatas 2,5 milyar rupiah diharuskan mengembalikan uang haram itu (sebab hasil KKN), namun karena memang ditujukan untuk membelokan pemberantasan KKN, yang terjadi justru sebaliknya, fatwanya justru yang aneh2 dan merusak keharmonisan kebhinekaan Indonesia!
– Sungguh hebat, cerdik, namun licik gerilya kebudayaan itu. Mass media, terutama TV dan radio, telah digunakan untuk membunuh karakater (character assasination) budaya Jawa dan meninggikan karakter budaya Arab (lewat agama)! Para gerilyawan juga menyelipkan filosofis yang amat sangat cerdik, yaitu: kebudayaan Arab itu bagian dari kebudayaan pribumi, kebudayaan Barat (dan Cina) itu kebudayaan asing; jadi harus ditentang karena tidak sesuai! Padahal, kebudayaan Arab dan agama Arab/Islam adalah sangat asing!
– Gerilya yang cerdik dan rapi sekali adalah melalui peraturan negara seperti undang-undang, misalnya hukum Syariah yang mulai diterapkan di sementara daerah, U.U. SISDIKNAS, dan rencana UU Anti Pornografi dan Pornoaksi (yang sangat bertentangan dengan Bhineka Tunggal Ika dan sangat menjahati/menjaili kaum wanita dan pekerja seni). Menurut Gus Dur, RUU APP telah melanggar Undang-Undang Dasar 1945 karena tidak memberikan tempat terhadap perbedaan. Padahal, UUD 1945 telah memberi ruang seluas-luasnya bagi keragaman di Indonesia. RUU APP juga mengancam demokrasi bangsa yang mensyaratkan kedaulatan hukum dan perlakuan sama terhadap setiap warga negara di depan hukum. Gus Dur menolak RUU APP dan meminta pemerintah mengoptimalkan penegakan undang-undang lain yang telah mengakomodir pornografi dan pornoaksi.
”Telah terjadi formalisasi dan arabisasi saat ini. Kalau sikap Nahdlatul Ulama sangat jelas bahwa untuk menjalankan syariat Islam tidak perlu negara Islam,” ungkapnya. (Kompas, 3 Maret 2006).
– Puncak gerilya kebudayaan adalah tidak diberikannya tempat untuk kepercayaan asli, misalnya Kejawen, dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan urusan pernikahan/perceraian bagi kaum kepercayaan asli ditiadakan. Kejawen, harta warisan nenek moyang, yang kaya akan nilai: pluralisme, humanisme, harmoni, religius, anti kekerasan dan nasionalisme, ternyata tidak hanya digerilya, melainkan akan dibunuh dan dimatikan secara perlahan! Sungguh sangat disayangkan! Urusan perkawinan dan kematian untuk MJ penganut Kejawen dipersulit sedemikian rupa, urusan ini harus dikembalikan ke agama masing2! Sementara itu aliran setingkat Kejawen yang disebut Kong Hu Chu yang berasal dari RRC justru disyahkan keberadaannya. Sungguh sangat sadis para gerilyawan kebudayaan ini!

Gerilya kebudayaan juga telah mempengaruhi perilaku manusia Jawa, orang Jawa yang dahulu dikenal lemah-lembut, andap asor, cerdas, dan harmoni; namun sekarang sudah terbalik: suka kerusuhan dan kekerasan, suka menentang harmoni. Bayangkan saja, kota Solo yang dulu terkenal putri nya yang lemah lembut (putri Solo, lakune koyo macan luwe) digerilya menjadi kota yang suka kekerasan, ulama Arab (Basyir) mendirikan pesantren Ngruki untuk mencuci otak anak2 muda. Akhir2 ini kota Solo kesulitan mendatangkan turis manca negara, karena kota Solo sudah diidentikan dengan kekerasan sektarian. Untuk diketahui, di Pakistan, banyak madrasah disinyalir dijadikan tempat brain washing dan baiat. Banyak intelektual muda kita di universitas2 yang kena baiat (sumpah secara agama Islam, setelah di brain wahing) untuk mendirikan NII (negara Islam Indonesia) dengan cara menghalalkan segala cara. Berapa banyak madrasah di Indonesia yang dijadikan tempat2 cuci otak anti pluralisme dan anti harmoni? Banyak! Tentu saja ini akan sangat mempengaruhi perilaku bgs. Indonesia secara keseluruhan! Maraknya kerusuhan dan kekerasan di Indonesia bagaikan berbanding langsung dengan maraknya madrasah dan pesantren2. Berbagai fatwa MUI yang menjungkirbalikan harmoni dan gotong royong manusia Jawa gencar dilancarkan!
Agama asing semestinya menghormati budaya setempat; jadi seseorang Jawa yang memeluk agama asing, misalnya Islam, tidak perlu harus meniru budaya Arab (yang tertinggal) dan meninggalkan budaya Jawa (yang lebih maju). Ingat, didunia ini belum ada negara yang demokratis dinegara muslim!
III. TANDA-TANDA KEMUNDURAN KEBUDAYAAN JAWA
Kemunduran kebudayaan manusia Jawa sangat terasa sekali, karena suku Jawa adalah mayoritas di Indonesia, maka kemundurannya mengakibatkan kemunduran negara Indonesia, sebagai contoh kemunduran adalah:
– Orang2 hitam dari Afrika (yang budayanya dianggap lebih tertinggal) ternyata dengan mudah mempedayakan masyarakat kita dengan manipulasi penggandaan uang dan jual-beli narkoba.
– Orang Barat mempedayakan kita dengan kurs nilai mata uang. Dengan $ 1 = k.l Rp. 10000, ini sama saja penjajahan baru. Mereka dapat bahan mentah hasil alam dari Indonesia murah sekali, setelah diproses di L.N menjadi barang hitech, maka harganya jadi selangit. Nilai tambah pemrosesan/produksi barang mentah menjadi barang jadi diambil mereka (disamping membuka lapangan kerja).
– Orang Jepang terus membuat kita tidak pernah bisa bikin mobil sendiri, walau industri Jepang sudah lebih 30 tahun ada di Indonesia. Kita sekedar bangsa konsumen dan perakit. – Orang Timur Tengah/Arab dengan mudah menggerilya kebudayaan kita seperti cerita diatas; disamping itu, Indonesia adalah termasuk pemasok devisa haji terbesar! Kemudian, dengan hanya Abu Bakar Baasyir dan Habib Riziq (FPI), cukup dua manusia saja, Indonesia sudah bisa dibuat kalang kabut! Sungguh memalukan!
– Dengan cukup satu manusia Malayasia yang disebut Asahari saja, manusia Jawa (bahkan seluruh Indonesia) dapat dibuat kalang kabut. Sungguh keterlaluan!
– Kalau dulu banyak mahasiswa Malaysia studi ke Indonesia, sekarang posisinya terbalik: banyak mahasiswa Indonesia belajar ke Malaysia (bahkan ke S’pore, Thailand, Pilipina, dst.). Konyol bukan?
– Banyak manusia Jawa yang ingin kaya secara instant, misalnya mengikuti berbagai arisan/multi level marketing seperti pohon emas, dst., yang tidak masuk akal!
– Dalam memilih agama hanya ikut2an saja, tidak bisa memilah-milah mana agama yang sangat kontradiksi dengan nalar! Agama yang hanya menyedot devisa luar biasa banyaknya ke luar negeri, agama yang hanya ingin mendominasi kebudayaan, yang hanya menebar kekerasan dan memperuncing SARA.
– Universitas2 di P. Jawa yang didominasi manusia Jawa, UI, ITB, IPB, UGM, ITS, UNAIR, dan ITS (yang menjadi barometer SDM berbobot) adalah institusi PTN tertua, terbesar dan termaju di Indonesia. Jadi, mereka adalah pencetak para PNS (peg. Negeri sipil) terbesar di Indonesia, dan alumni mereka saat ini menduduki jabatan tertinggi di pemerintahan, dari pegawai menengah (IIIA), eselon dua, eselon satu, dan menteri, jadi boleh dikata mereka “menguasai” atau bahkan boleh dikata sebagai penguasa Indonesia! Sayang sekali, kita dan dunia telah memahami bahwa: Indonesia terkenal sebagai negara terkorup didunia dan birokrasi Indonesia adalah birokrasi keranjang sampah. Maka dapatlah dikatakan bahwa ketujuh PTN tsb. ADALAH SEKEDAR PRODUSEN KORUPTOR TERBESAR DIDUNIA dan PRODUSEN TERBESAR BIROKRAT KERANJANG SAMPAH (harap baca artikel yang lain)! Saat ini bahkan boleh dikatakan sivitas akademika PTN2 top tsb. sumber masalah bagi bangsa Indonesia. Mereka sekedar menjadi alat para politisi busuk, jendral preman, dan konglomerat hitam di pusat (Jakarta).
– Regim Soeharto selama 32 tahun membodohi, menjungkirbalikan sejarah dan merampok kekayaan bangsa, masih ingatkan kita dengan menteri penerangan yang se Hari-harinya Omong Kosong? Alias menpen HarmOKo? Dapat dan mampukah kita “mengadili” regim Soeharto? Tidak kan!

Jika Indonesia ingin berkiblat ke negeri lain, maka memilih negara yang patut dicontoh haruslah cerdas. Sejarah mengatakan bahwa bangsa Inggris mampu membantu negara lain menjadi maju, modern, adil dan makmur (misal negara2 persemakmuran: Australia, New Zealand, Canada, Malaysia, dst); demikian pula negara2 bermata sipit seperti: RRC, Korsel, Jepang, Hongkong, S’pore, ingat Nabi Muhammad menganjurkan agar umat Islam belajar ke negeri Cina. Sayang hal ini tidak digubris, pilihan kiblat Indonesia tidak cerdas alias bodoh, Indonesia memilih berkiblat kenegara Arab/Timur Tengah yang masih jauh dari modern, dimana untuk berdemokrasi saja mengalami kesulitan, sehingga s/d saat ini kita berbudaya antri saja tidak mampu, budaya kekerasan dan main larang dari Arab/Timur Tengah menjadi merebak di Nusantara! Yang terbaik tentu saja seperti visi Bung Karno, menjadi negara yang non blok dan cinta budaya sendiri, seperti India dan RRC, negara yang mempunyai kepribadian sendiri dan mandiri!
IV. MENGAPA MELAKUKAN GERILYAWAN KEBUDAYAAN?
Mengingat tambang minyak di Timur Tengah (TIMTENG/Arab) adalah terbatas umurnya; diperkirakan oleh para ahli bahwa umur tambang minyak sekitar 15 tahun lagi, disamping itu, penemuan energi alternatip akan dapat membuat minyak turun harganya, maka negara2 TIMTENG/ARAB harus berjuang sekuat tenaga dengan cara apapun untuk mendapat devisa dari alternatip lain, strategi termudah adalah politisasi agama Islam (mirip Soeharto dan Osama Bin Laden). Agama Islam, budaya Arab, dan bahasa Arab adalah sumber devisa dimasa depan yang menarik. Sebagai contoh devisa adalah touristm berbasis agama alias ibadah haji, dan sekolah postgraduate di negara2 Arab. Dampak gelombang politisasi agama Islam dari negara TIMTENG/Arab sangat terasa sekali dengan banyaknya pergolakan di: Thailand selatan, Philipina, Afganistan, dan Indonesia (Ambon, Poso, Tangerang, Jawa Barat, dst). Di Indonesia, hal ini mulai terasa dengan terusiknya pluralisme atau Bhineka Tunggal Ika. Dana trilyunan rupiah dikucurkan demi menjadikan Indonesia menjadi boneka Arab, baik melalui lembaga agama, pendidikan, maupun LSM2 (seperti Front Pembela Islam, Laskar Jihad, Laskar Jundulah, Hisbollah, Jemah Islamiah, dst., hal ini mendapat restu para penguasa militer busuk-sebagai simbiose mutualisme); sampai2 organisasi preman yang dinamai Pemuda Pancasila pun kebagian dana ini dan mulai beraksi dengan mendirikan banyak pesantren di Kalimantan; masjid2 diseluruh pedesaan P. Jawa menjadi indah dan bagus, ini disertai dengan pakaian jilbab bagi wanita2 di pedesaan. Beberapa mahasiswapun ikut terbuai gerakan untuk mendirikan negara Islam Indonesia (NII); mereka berhasil di cuci otak dan dibaiat (sumpah); nalar intelektual para mahasiswa ini bagaikan lenyap diterpa badai gurun Sahara! Tanpa merasa malu dan asing, mereka meniru persis budaya Arab, celana congklang dan berjenggot; masyarakat Yogya yang geram melihat ulah mereka, menjulukinya: penganut sastro jenggot (Sastra Janggut)!

Dengan dominasi kebudayaan Arab dan agama Islam ini, akan didapat keuntungan luar biasa sbb.:
– Sumber devisa melalui jemah haji, ingat Indonesia adalah negara dengan mayoritas Islam terbesar didunia. Devisa kita dikeruk secara halus sekali melalui dalih agama oleh Arab; juga oleh USA dkk. melalui dominasi pertambangan; dan juga oleh Jepang melalui dominasi industri!
– Sumber devisa melalui bhs. Arab. Sebagai gambaran lain, dengan bhs. Inggris menjadi bhs. Internasional, maka bhs. Inggris telah menghasilkan trilyunan rupiah pertahun bagi negara2 berbahsa Inggris; untuk ikut ujian TOEFL saja, biayanya adalah 100 dollar, belum biaya kursusnya!
– Mendapatkan negara boneka Indonesia yang indah, subur dan makmur; bandingkan dengan negara TIMTENG yang tandus dan gersang, negara Arab seperti mendapatkan sorga! Negara TIMTENG, lalu seperti USA dkk. di jaman ORBA, akan menjadi salah satu penikmat utama kekayaan alam dan budaya Indonesia.
– Menjadikan Indonesia (Malaysia, Brunei) sebagai negara Islam dan benteng kebudayaan Arab yang tangguh dalam menghadapi negara Barat! Contoh sepele: laskar jihad yang bersedia mati jihad dimana saja, & kapan saja! V.PENUTUP
Regim Soeharto telah mengakibatkan lima faktor utama penyebab Indonesia tidak pernah mandiri dan terusmenerus mengalami krisis, yaitu terpaan: a) badai salju yang dingin-membekukan dari negara barat/modern yang ingin menjajah ekonomi/teknologi dan mengeksploitasi kekayaan alam Indonesia; b) badai gurun Sahara yang panas-membara dari negara Timur Tengah yang ingin memporak-porandakan budaya asli, meningkatkan budaya kekerasan serta kerusuhan dan menguras devisa negara; c) badai KKN yang merampok keuangan dan membangkrutkan bangsa, yang juga menyebabkan Indonesia terjebak hutang maha besar serta ekonomi/bisnis Indonesia dikuasai oleh konglomerasi internasional yang bekerjasama dengan para konspirator nasional jahat yang terdiri atas: politisi busuk-konglomerat hitam-birokrat keranjang sampah dan jendral berhati preman dari TNI AD/POLRI, d) badai SARA yang meningkatkan kecurigaan berbasis suku, agama, ras, dan golongan antar masyarakat! f) penyeragaman dan penindasan budaya nasional (bukan pengembangan) yang mengakibatkan kemunduran SDM. Dengan demikian, semenjak 1965 s/d detik ini (2005), bangsa Indonesia boleh dikata telah dijajah kembali oleh konspirasi jahat internasional yang bersimbiose mutualitis dengan konspirasi jahat nasional yang tersentralisasi di Jakarta, sehingga boleh dikata Indonesia s/d saat ini belum merdeka sepenuhnya!

Akibat berbagai terpaan badai yang disertai gerilya kebudayaan ini, budaya Jawa menjadi tidak mandiri lagi. Kemunduran kebudayaan manusia Jawa sangat terasa sekali, karena suku Jawa adalah mayoritas di Indonesia, maka kemundurannya mengakibatkan kemunduran negara Indonesia, sebagai contoh kemunduran adalah terpaan berbagai krisis yang tak pernah selesai dialami oleh bangsa Indonesia.
Cara menanggulangi krisis kebudayaan Jawa dan sekaligus meningkatkan kebudayaan serta melawan gerilya kebudayaan asing adalah dengan:

– membentuk lembaga2 yang melalukan analisis kritis tentang kebudayaan Jawa (melibatkan para pakar PT)
– melakukan berbagai aktivitas kebudayaan, seperti: seminar, diskusi, pameran, festival, sarasehan, dst.
– mengkritisi hasil dari lembaga2 yang condong diperalat bagi kebudayaan asing (misal MUI, LSM berbau Timur tengah/Arab, dst)
– membuat rekayasa budaya Jawa agar terus maju sambil meniadakan ciri2 yang lemah dan negatip
– membentuk web site kebudayaan Jawa sebagai tempat berdiskusi bebas
– menandaskan bahwa Islam adalah agama yang saat ini sedang diperalat oleh negara asing untuk menjadikan Indonesia sekedar negara boneka/jajahan mereka dan untuk menetang Barat.
– mengadakan dan meningkatkan anggaran/dana untuk aktivitas ini
– Last but not least, membuat sistem pembangunan negara berkepribadian nasional dan yang tidak terpusat, melainkan terdiri atas: Barat, Tengah, dan Timur. Sehingga suku selain Jawa dapat mengimbangi kelemahan budaya Jawa; pemerataan SDM berkualitas lebih dipentingkan (saat ini SDM berkumpul di Jakarta!). Demikian pula dengan media informasi, harus terdesentralisasi dengan baik,saat ini hanya bagaikan satu arah saja: komando dari pusat ke daerah.

Sungguh sayang, apabila budaya Jawa menjadi lemah dan lenyap digerilya kebudayaan asing yang menumpang agama tertentu. Sungguh sayang sekali, apabila Sri Sultan HB (Yogya) dan Sri Sunan PB (Solo) beserta sivitas akademika di Yogya dan Solo, sebagai pemilik dan pakar kebudayaan Jawa, pemikirannya belum sampai ditingkat ini sehingga pasif dan diam saja!

Sejarah membuktikan bagaimana kerajaan Majapahit yang jaya juga terdesak melalui gerilya kebudayaan Arab sehingga manusianya terpojok ke Gn. Bromo (suku Tengger) dan P. Bali (suku Bali). Mereka tetap menjaga kepercayaannya yaitu Hindu. Peranan wali Songo saat itu sebagai alat politis (seperti MUI saat ini) adalah besar sekali! Semenjak saat itu kemunduran kebudayaan Jawa sungguh luar biasa!

Perlu dimengerti juga, bahwa pada tahun 1960 s/d 1970 Indonesia dijadikan ladang pertempuran yang sengit antara ideologi kapitalisme (USA dkk.) melawan komunisme (Rusia dkk.), maka ingat pada detik ini (2006), Indonesia sedang mengalami dan sedang menjadi ajang pertempuran hebat antara 3 kelompok besar yaitu: negara Barat/maju, negara Timur Tengah, para pelaku pelanggaran HAM berat beserta pelaku KKN (sisa2 regim Soeharto/ORBA yang ingin menyelamatkan diri, bebas dari jerat hukum); jadi tugas manusia Indonesia adalah sungguh berat sekali, karena harus bisa mengatasi ke tiga kelompok ini! Kita doakan agar sukses! Oleh sebab itu, melalui artikel ini kami gugah semua orang yang merasa Jawa dan yang merasa memiliki Kebudayaan Jawa untuk bangun dan cepat bereaksi. Semoga perjuangan manusia Jawa, berhasil; sebab manusia Jawa adalah mayoritas; rusak dan majunya bangsa ini sangat tergantung kepada Manusia Jawa.

Sebagai penutup, kami juga mohon agar artikel2 ini disebar luaskan kepada para: intelektual, aktivis kampus, pemuka agama, dan cendekiawan keagamaan di segenap penjuru Nusantara dan ke seantero dunia baik secara: digital (diforwardkan/disimpan di archive suatu situs internet), suara (dibacakan di radio) maupun secara kertas (dicetak/dibukukan), dengan harapan untuk menjadi sumber pembahasan/diskusi yang sehat dan sumber riset mengarah ke doktoral (PhD) demi memicu pengertian yang lebih mendalam tentang kebudayaan, agama, politik, sex dan Tuhan. Uluran tangan untuk menterjemahkan artikel ini kedalam bhs. Inggris yang baik/standar agar dapat di publish secara internasional melalui internet sangat kami tunggu2. Dengan peningkatan kecerdasan melalui internet, diharapkan kualitas SDM Indonesia dapat meningkat tajam, sehingga diharapkan negara Indonesia (dan dunia) menjadi lebih aman, tenteram dan sejahtera. Sekian dan terima kasih.

Dari pengasuh web blog,
Paguyuban Penanggulangan Krisis Kebudayaan Nasional
di Yogyakarta
Email: CerdaskanNegara@yahoo.com

Ki Edy kalces al-waro'(waruk) - 16 June, 2012

NU

sugiyanto - 18 October, 2012

Mau sampean opo’o ? Apa kita disuruh mundur ke belakang ? Kalau kita harus mundur kaya jaman baheula,ya sampean saja sendiri. Jaman ini semakin maju,tidak hanya mbulek di jawa thok.Indonesia bukan Jawa thok.

Dinata Koesoema - 25 December, 2012

Ajaran Kejawen yg luhur, yg telah dikambinghitamkan dan dianggap ajaran yg sesat, Kejawen bukanlah agama akan tetapi ajaran yg luhur penuh dgn makna.

4. Tuhan, Asli atau Palsu? - 13 November, 2007

Postingnya sangat menarik.

Ini saya ketemu sebuah artikel tentang asli atau palsunya Tuhan: http://www.balipost.co.id/balipostcetaK/2004/6/6/opini.html

5. Ridwan Azari - 5 January, 2008

Saat ini, Indonesia mengalami krisis multi-dimensi. Sedangkan sebagian besar dari krisis ini disebabkan oleh agama.

Agama Islam adalah agama dari rumpun Abrahamik seperti halnya Kristen dan Yahudi. Ketiga agama ini menanamkan kebencian, permusuhan dan kekerasan sepanjang massa.

Penduduk Indonesia adalah 60% berada di Jawa. Jadi kekuatan ada di Jawa. Kalau orang jawa segera meninggalkan agama rumpun abrahamik dan kembali kepada Kepercayaan asli, maka sebagian besar dari krisis ini akan hilang dan Indonesia akan seketika sembuh dari krisis ini.

Indonesia adalah negara besar, kaya dengan sumber alam. Indonesia tidak berhak mempunyai nasib yang sepuruk ini.

6. Phei_zone » Blog Archive » Falsafah Jawa, Kejawen dan Islam - 19 September, 2008

[…] Falsafah Jawa, Kejawen dan Islam 17 June, 2006 […]

7. aricahsolo - 9 December, 2008

Saya mencium fanatisme dalam artikel tersebut. Atau lebih tepatnya sedikit sentimentil. Karena itu, cukup baca sampai pengantarnya saja.

Jika semua yang berkuasa kita anggap sebagai penjajah, maka akan selalu ada pihak yang kita anggap sebagai penjajah.

Perubahahan sosial merupakan suatu keniscayaan. Ada nilai-nilai yang dianggap jauh lebih baik oleh sebagian besar masyarakat dibandingkan nilai tertentu. Saya kira, susah menyalahkan banyak orang daripada segelintir orang.

8. kuncarajati - 9 July, 2010

rahayu rahayu rahayu

http://www.cahyabuwana1610.com

mugi kasembadan

9. alecto - 11 November, 2010

wah, itu sih derita lo. kakehan cocot.

10. Imam utomo - 8 March, 2011

Wah nampaknya yg nulis artikel diatas tdk mendalami agama samawi,cenderung emosi lantaran sakit hati krn kebudayaannya mulai pudar.

11. MUXLIMO - 14 March, 2011

saya setuju saja sama teknik akulturasi para wali ketika menyebarkan Islam ke jawa dwipa ini.

Sayang sekali kejawen sekarang cuma jadi virus yang menodai akidah islam.

bagaimana pendapat sobat2 soal artikel saya berikut ini:
http://muxlimo.blogspot.com/2010/11/untung-aku-bukan-orang-jawa.html

Art - 5 October, 2013

hahahah muslimo si dukun cabul hahahaha

12. supolowati - 24 July, 2011

Para wali menyebarkan agama islam dengan hati2 supaya msyarakat di jawa tidak kaget kalo mereka langsung dengan sistim keras pasti banyak yang menentang,dan budaya dipakai untuk sarana mengislamkan,begitu juga di Arab.sebenarnya islam adalah islam tidak ada islam jawa islam arab.sebagai generasi islam yg mengerti sejarahnya mari kita perbaiki islam yang sebenarnya tetapi dengan tidak membuang budaya setempat,tetapi memperbaiki budaya yang sesui dengan ajaran islam.kalu pun ada budaya arab yang tidak sesuei dengan islam jangan dianggap islam.

13. erlangga - 8 November, 2011

itu smw hnya ttg pilihan,dn pilihan sllu sa mmbrikan ksulitan.

14. ipunk doang - 2 December, 2011

subuah lagu d9n lirik sederhana tp memiliki arti y9 sangat besar dlm kehidupan.

15. Amir sofyandi - 28 December, 2011

Ok..bgus bgd artikelnya

16. denjaka - 23 February, 2012

saya orang Islam Kejawen. Awalnya Islam saya abangan, aslinya saya orang SUBUD. setelah saya mendalami Kejawen, banyak baca referensi suluk dan wirid dari buku post kolonialisme-nya Nancy K Florida. Saya akhirnya tahu bahwa kearifan Kejawen itu berasal dari Islam. Tepatnya kebatinan Islam.

Karenanya saya kemudian belajat Islam. Setelah saya belajar secukupnya saya kemudian menyimpulkan bahwa sedikit sekali persamaan antara Islam dengan Kejawen. Saya mulai mencari-cari lagi dan belajar terus tentang islam dan Kejawen secara bersamaan.

Kemudian pada tahun 2005 saya mendapatkan buku tentang tasawuf dan Irfan. Terutama buku-buku sufi dan buku-buku Syiah. Setelah saya pelajari secara kontinyu dan melakukan penelitian sendiri, saya akhirnya temukan bahwa Kejawen ternyata identik dengan paham Irfan pada tradisi Syiah. Paham Pandangan Dunia Ilahiah-nya Syiah identik dengan Paham Manunggaling Kawulo Gustinya Spiritual Kejawen. Apalagi banyak simbol-simbol Kejawen dan Syiah yang juga identik. Salah satunya ya mitos bulan Syuro. Tradisi Kejawen menganggap bulan Syuro harus ditempuh dengan hati-hati, kita dilarang pengadakan perayaan. Ternyata kaum Syiah juga menilai Bulan Muharram, yang mereka menyebut Bulan Muharram dengan nama bulan Asyuro sebagai bulan kesedihan karena mengacu pada pembantaian Al-Husein.

Selain itu banyak lagi. Diantaranya adalah Mahdiisme Kejawen sama dengan Mahdiisme Syiah. Berbeda dengan Islam lain, Islam Syiah menganggap bahwa Imam Mahdi atau Ratu Adil itu sudah dilahirkan. Akan tetapi beliau digaibkan oleh Allah dari pandangan umat manusia. Ini sama dengan Orang Kejawen yang menganggap bahwa Ratu Adil sudah dilahirkan. itulah sebabnya orang Kejawen juga menjuluki Ratu Adil dengan sebutan Satrio Piningit. Piningit identik dengan kegaiban.

Untuk lebih detailnya lihat saja blog ini:

Sejarah Islam di Nusantara; Membuka Hijab Sejarah

17. denjaka - 23 February, 2012

itu juga akhirnya menjawab misteri, kenapa Kejawen dan Islam syariat seperti susah untuk nyambung. Karena sepertinya Kejawen itu berasal dari Syiah. Pada awalnya Syiah dimanapun memang selalu dikejar-kejar oleh Islam yang berhaluan syariat.

Adapun jika misalnya timbul pertanyaan yaitu : “kenapa Syiah sampai bisa menjadi Kejawen?”

Jawabannya adalah:
Sebenarnya hal tersebut adalah sebuah kewajaran. Jika kita mempelajari Syiah secara detail, Hal tersebut tidaklah mengherankan. Apabila kita belajar Syiah secara detail, maka akan kita dapat temukan bahwa pada ajaran Syiah terdapat konsep yang disebut taqiyah. Konsep tersebut bertujuan menyelamatkan kelangsungan diri yang berarti juga keselamatan akidah dengan cara menyembunyikan keimanan. Nah inilah yang terjadi.

Untuk lebih menguatkan bahwa Kejawen adalah Syiah yang bermetamorfosis, ini ada wasiat jihad Kyai Maja yang diambil dari babad prang dipanegara karya pujangga Kraton Surakarta Yasadipura II : http://www.muhsinlabib.com/sejarah/wasiat-kyai-maja-ttg-ahlulbait

pada babad yang mengungkap wasiat jihad tersebut terdapat jelas ungkapan tentang para Imam Syiah sekaligus peristiwa Syuro atau Karbala yang disebut oleh Kyai Maja sebagai “Nainawa”. Pada ajaran Islam mainstream, walaupun memang ada riwayat tentang Imam Syiah akan tetapi peristiwa Karbala yang berkaitan dengan bulan Syuro tidaklah menjadi fragmen sejarah yang penting.

18. denjaka - 23 February, 2012

ada dhandhanggula gubahan Pangeran Diponegoro yang mana beliau membuat buku babad yang disebut dengan babad Diponegoro karya beliau sendiri. di dalamnya terdapat dialog antara Ratu Adil / Imam Mahdi dengan Pangeran Diponegoro yang intinya Ratu Adil memerintahkan Pangeran Diponegoro untuk berperang melawan Belanda. dialog Ini suatu tanda bahwa di Kejawen, Imam Mahdi sudah ada ( sudah dilahirkan ). Hal ini sama dengan Syiah

disini:

diana - 5 April, 2012

pada saatnya nanti akan banyak yang mengaku sang ratu adil, manusia akan bingung memilih mana ratu adil sebenarnya yang harus diikuti. tp manusia dengan hati bersihlah yang dapat memilih ratu adil yang asli. karena ratu adil asli hanya bisa dilihat dengan mata hati. makanya, mari kita jaga hati kita supaya tetap suci. bagaimana caranya? yang jelas kalo ada guru agama yang mengajarkan kebencian, timpuk aja gurunya supaya sadar, karena ia pasti sedang kerasukan setan, sehingga menghasut. hasut dan benci adalah salah satu penyakit hati yang menodai kesucian hati. agama tidak ada yang mengajak kita mengotori hati. ayo kita canangkan gerakan “timpuk para penghasut”. tp ya jangan dibenci agamanya, cukup orang yang kesetanan itu aja. karena agama itu baik, coba didalami ajaran tingkah lakunya, semua pasti mengajak baik sehingga hati tetap suci. andai saja semua menyadarinya, pasti dunia ini indah. timpuk para penghasut

Bagong - 5 September, 2012

Kecium lari ke kepentingan pribadi, aku orang jawa tapi tak sependapat dengan penulis yg kacangan tersebut..

19. samin - 29 April, 2012

setuju banget. . . .

20. art - 10 June, 2012

masuukk

21. Petruk - 11 September, 2012

Orang jepang tinggal di pulau jepang dengan bahasa jepang dan tulisan huruf jepang, orang cina tinggal di negara cina dengan bahasa cina dan tulisan cina, orang arab tinggal di negara arab dengan bahasa arab dan tulisan arab, orang inggris tinggal di negara inggris dengan bahasa inggris dan tulisan inggris, orang Jawa terjadi kesalahan karena kehilangan identitas belum diketahui penyebabnya karena kekalahan, lalai, lupa, atau “b ……..nya ” ( silahkan diisi sendiri !!! )

22. anggara adi nugraha - 15 September, 2012

Wacana dlm kejawen semakin diangkat dan dbcarakan bhkan bisa dipake dlm pengajaran pendidikan dapat mengubah moralitas dan sikap genetasi muda skg yg semakin memprihatikan dari segi moralitas dan sikap hingga dewasa ni.

23. Heri dawam mustofa - 18 September, 2012

Nilai” kehidupan jawa dlm brmasyarakat yg baik

24. SUARA - 26 April, 2014

Jawa
Santun bertata bahasa
Tata krama, ramah tamah wujud lakunya. Ciri kebanggaan negeri kita
Tata susila, hormat, saling menyayangi sesama warga, tdk melihat agama dan golongannya.
Tepaselira, tahu betul hormat pada semua, menjaga kerukunan, senang perdamaian
Welas asih, berpikir baik pada semua, saling tolong menolong.

Kenapa sifat sifat mulia itu menjadi langka.
Karena
Kita sekarang cenderung meng adopsi tuntunan bukan dari negeri sendiri.
Marilah kita hormati nilai tuntunan mulia negeri sendiri.
Sadari betul kita negeri yang luhur.
Semoga kita introspeksi diri sendiri.
Seruan permusuhan oleh kelompok tertentu kita hindari.

” Guyub rukun agawe santosa ”

Sudah jadi tuntunan kakek nenek kita
Mari kita tegakkan bersama.

Selamat malam buat rekan semua
Mohon maaf sebelumnya

25. yus - 27 October, 2016

lah skarang kan kita udah mengetahui dan menerima islam sesungguh nya kenapa kita harus kembali lagi mencampur adukan yg di luar islam .kalo dulu wajib para wali mengkolaborasi antara islam dengan kejawen.kan hanya untuk memasukan faham islam secara perlahan karena kalau langsung dikafah kan atau memaksaka orang jawa untuk menerima islam seutuh nya malah akan berakibat super kontra.wali itu lebih di atas rata rata tingkat inteligensi nya di banding kita orang jawa yg lebih mengutamakan sifat kepala batu.seruduk sana seruduk sini.coba sampeyan sampeyan kaji surah muhamad ayat ke 2.

kresna adi ahlan - 31 January, 2017

ora usah debat masalah sepele. itu hak pribadi msing2. jalani apa yg dijlni` wong cuma numpang mkan dn mnum kok ribut. gusti ingkang tenang2 wae kok

26. Herlin Widianingrum - 30 September, 2020

menarik sekali saya senang membacanya,terima kasih kak
salam kenal saya Herlin Widianingrum dari ISB Atma Luhur


Leave a comment